Kamis, 12 Oktober 2017

TANPA PENDIDIKAN ITU, PEDIH JENDRAL.

TANPA PENDIDIKAN ITU, PEDIH JENDRAL.
Oleh :
Rodi Herdiana



Sejarah mengatakan dulu, ketika seorang Asisten Residen Lebak yang bernama Edward Douwes Dekker dalam karangan bukunya yang termashur "MAX HAVEALAAR", diterbitkan tahun 1860 telah banyak membuka masa kelam yang amat pedih bagi bangsa Indonesia. Dimana saat itu telah lahir penjajahan dengan sistem tanam paksa oleh para kolonial kepada Bangsa Indonesia.

Pendidikan adalah satu ruang kreatifitas pemberdayaan manusia dalam ilmu pengetahuan. Dalam pencapain tersebut maka ilmu pengetahuan diperoleh dari lingkungan sekolah berbasis formal dan informal. selayaknya ilmu pengetahuan harus didapatkan sejak dini, walaupun standar pencapaian keilmuan tersebut tidak fokus pada persoalan pendidikan formal saja. Artinya bahwa semua pihak dan stakeholder yang bergelut dalam dunia pendidikan harus pada penguatan sumber daya manusia melalui pendidikan dan lifeskill dibidang yang diminati. Persoalannya adalah hari ini masih banyak sekali persoalan pelik yang terjadi di Bangsa ini, bahwa kurang meratanya akses pendidikan juga terlebih pada aspek kesejahteraan ekonomi secara luas yang akan berdampak pada kebutuhan pendidikan.

Masih banyak masyarakat kita di Bangsa ini yang sama sekali tidak menemukan pendidikan, atau sebagian masyarakat dari anak-anak Bangsa Indonesia yang minim akan pendidikan, bahkan sampai putus sekolah dikarenakan persoalan ekonomi. Ada ketimpangan sosial secara pendidikan yang sejatinya itu harus di raih dan nikmati oleh masyarakat untuk mendapatkan akses pendidikan yang layak. 

Bahwa akses pendidikan sejak jaman kolonial Belanda, kita Bangsa Indonesia Justru tidak berhak atau tidak sama sekali mendapat dan merasakan dunia pendidikan. Pendidikan hanya berhak dirasakan oleh kaumnya sendiri, atau yang kita sebut dengan bangsawan dari kelompoknya. dan itu terjadi bertahun tahun lamanya, hingga pada akhirnya Bangsa Indonesia menemukan caranya sendiri untuk merasakan dunia pendidikan.

Maka sejarah kelam dapat kita rasakan hari ini, dimana para pendahulu kita banyak berkorban apapun dari nyawa serta perampasan materi yang diambil paksa oleh kolonial saat itu, merasakan dunia pendidikan hanyalah isapan jempol belaka, agar Bangsa Indonesia terus bisa dibodohi saja. 

Kita perlu bersyukur saat ini mampu merasakan kenikmatan meraih pendidikan seluas mungkin tanpa hambatan. orang kaya bisa merasakan pendidikan, pun orang miskin bisa merasakan pula. Soal materi bukan menjadi soal yang besar, karena sekarang Pemerintah banyak sekali membantu dan memberikan keringanan untuk pendidikan dari Beasiswa yang dapat, terukur dan lain-lain. Tidak ada seorangpun yang mengatakan bahwa mencari Pendidikan adlah sia-sia, justru banyak dirasakan dari sebagian dari kita tanpa pendidikan menjadi sulit dan stagnan dalam berproses kearah yang lain secara positif, karena tanpa pendidikan itu, Pedih Jendral !!

Dari 10 tahuh kemudaian sejak diterbitkannya Buku Max Havealaar tahun 1860an, diketahui bahwa askses pendidikan bagi Rakyat Indonesia bisa dirasakan, terlebih Pemerintah Belanda menghapus sistem tanam paksa, kemudian beralih kepada perjanjian politik, yang kita kenal dengan Politik Etis atau Politik balas budi yang terangkum dalam Trias Van Deventer, yang meliputi Irigasi, Emigrasi, dan Edukasi.

Maka salah satu dampak terbesar penerapam politik etis adalah terbukanya  akses pendidikan bagi anak-anak Indonesia. tercatat bahwa kebijakan ini telah melahirkan generasi terdidik yang beberapa dekade kemudian mengantarkan Indonesia pada Kemerdekaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar